Mantan penguasa Orde Baru, Presiden Soeharto bahkan memberikan perhatian terhadap proses pencarian dan evakuasi jenazah Norman Edwin dan Didiek Samsu.
Bila mundur ke belakang, pada dekade 80 - an, kisah - kisah petualangan memang mendominasi media cetak, nama Norman Edwin lah yang muncul. Lantaran kebanyakan ekspedisi yang dilakoninya bersama rekan - rekannya, Norman pun berhasil mengangkat lembaga pecinta alam kampus di Indonesia.
Pria yang lahir 16 Januari 1955 di Sungai Gerong, Palembang dan harus menghembuskan nafas terakhir di Puncak Aconcagua, perbatasan Chile – Argentina pada ketinggian 6.969 meter diatas permukaan laut tepat 21 Maret 1992.
Norman, kalangan teman - teman dan keluarganya dia dikenal sebagai orang yang baik dan sering menolong bahkan walau dia dalam kesusahan, tetap mengusahakan memberi pertolongan kepada orang lain.
Buku - buku yang banyak menceritakan tentangnya, sosok Norman yang penuh gelora dan ambisi sebagai petualang muda terasa sangat kental dan memberi inspirasi petualang muda.
Norman hadir menyajikan betapa Indonesia dengan kearifan lokalnya mampu membuktikan kebiasaan dan pandangan mata tanpa mampu dijelaskan dengan ilmiah mampu bertahan dengan baik di lautan lepas. Banyak lagi, kisah - kisah tentang dia yang bisa kita dapatkan dalam buku - buku petualangan.
Norman telah tiada, namun spiritnya meresap di hati para pecinta olahraga alam bebas Indonesia. Keberanian dan semangat pantang menyerahnya dapat dijadikan contoh bagi petualang - petualang muda. [Source: www.belantaraindonesia.org]